Monday, 23 November 2009
CILIWUNG adalah sungai yang mengalirkan air hujan berlebih dari daerah aliran Sungai Ciliwung seluas 30.000 hektar. Di masa lalu aliran sungai ini masih terkendali, aman, memberikan kenyamanan, baik sebagai sumber air mineral, mencuci, mandi, air irigasi, industri, maupun untuk penggelontoran sampah-sampah Jakarta. Aliran Ciliwung jarang meresahkan, mengganggu kenyamanan, menghilangkan harta benda, apalagi menghilangkan nyawa.
Namun akhir-akhir ini, paling tidak 5-10 tahun terakhir, aliran Ciliwung sudah berkali-kali memberikan ketidaknyamanan, tidak mencukupi kebutuhan air minum, mandi dan mencuci pada musim kemarau. Di musim hujan alirannya menggenangi dan membanjiri banyak lokasi, bahkan menghilangkan harta benda dan nyawa beberapa warga Jakarta yang bertempat tinggal di sepanjang flood plam sungai itu.
Tampaknya frekuensi dan intensitas ketidaknyamanan yang diberikan Sungai Ciliwung semakin tinggi. Kalau dahulu ketidaknyamanan tersebut hanya dialami oleh beberapa tempat saja dan paling paling 5-10 tahun sekali, maka kini genangan dan banjir sudah lebih luas cakupannya. Genangan dan banjir semakin tinggi serta frekuensinya sudah hampir dua atau tiga tahun sekali atau sekali setiap tahun dan bahkan dalam setahun pun dapat terjadi beberapa kali.
Rentang waktu kekurangan air minum pada musim kemarau atau kebanjiran pada musim hujan pun sudah semakin panjang. Hal inilah yang menggiring kita untuk mengatakan bahwa Ciliwung sudah semakin liar tidak terkendali. Apalagi sepanjang sungai ciliwung dipenuhi oleh lautan sampah..
Bagusnya Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah DKI Jakarta menargetkan Sungai Ciliwung bebas dari sampah tiga tahun lagi. Saat ini, pemerintah telah mengurangi tiga dari tujuh lokasi pembuangan sampah ilegal di sepanjang sungai tersebut.
Kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta Peni Susanti, Sabtu (21/11), mengatakan, pihaknya mengampanyekan pembuangan sampah di tempatnya untuk mewujudkan Ciliwung bebas dari sampah. ”Ada tiga kelurahan yang dijadikan contoh untuk memasyarakatkan pembersihan sampah di sepanjang Ciliwung, yakni Kelurahan Lenteng Agung, Srengseng Sawah, dan Tanjung Barat. Mudah-mudahan, tiga tahun lagi Ciliwung bebas dari sampah,” paparnya.
Tiga lokasi pembuangan sampah ilegal sudah ditangani dengan manajemen pengelolaan melalui pembuatan Tempat Transit Sampah Sementara (TTSS) di Jalan Lenteng Agung, depan Jalan Harapan. TTSS dapat dipakai menampung sementara sampah yang berasal dari daerah sekitar Kecamatan Jagakarsa. Peni yakin tiga lokasi sampah bisa ditanggulangi dengan TTSS.
Pembersihan sungai juga melibatkan masyarakat. Pada kesempatan itu, Peni melantik 26 anggota Gibass Jawara Ciliwung. Gibass (Generasi Betawi Asli dan Serumpun) beranggotakan warga yang tinggal di sekitar Ciliwung. Ibu-ibu PKK juga dilibatkan dalam penanganan sampah sungai.
Pemerintah pun berupaya mengolah sampah yang dihasilkan warga sekitar Ciliwung. Sampah dipilah-pilah. Sampah organik diolah menjadi pupuk, sedangkan sampah anorganik dijadikan kerajinan seperti tas dari plastik.
Hal ini merupakan upaya positif yang dilakukan pemerintah dalam upaya menanggulangi banjir tahunan yng melanda ibukota setiap tahunnya.
Sumber refrensi :
> Koran KOMPAS edisi: Minggu, 22 November 2009
Namun akhir-akhir ini, paling tidak 5-10 tahun terakhir, aliran Ciliwung sudah berkali-kali memberikan ketidaknyamanan, tidak mencukupi kebutuhan air minum, mandi dan mencuci pada musim kemarau. Di musim hujan alirannya menggenangi dan membanjiri banyak lokasi, bahkan menghilangkan harta benda dan nyawa beberapa warga Jakarta yang bertempat tinggal di sepanjang flood plam sungai itu.
Tampaknya frekuensi dan intensitas ketidaknyamanan yang diberikan Sungai Ciliwung semakin tinggi. Kalau dahulu ketidaknyamanan tersebut hanya dialami oleh beberapa tempat saja dan paling paling 5-10 tahun sekali, maka kini genangan dan banjir sudah lebih luas cakupannya. Genangan dan banjir semakin tinggi serta frekuensinya sudah hampir dua atau tiga tahun sekali atau sekali setiap tahun dan bahkan dalam setahun pun dapat terjadi beberapa kali.
Rentang waktu kekurangan air minum pada musim kemarau atau kebanjiran pada musim hujan pun sudah semakin panjang. Hal inilah yang menggiring kita untuk mengatakan bahwa Ciliwung sudah semakin liar tidak terkendali. Apalagi sepanjang sungai ciliwung dipenuhi oleh lautan sampah..
Bagusnya Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah DKI Jakarta menargetkan Sungai Ciliwung bebas dari sampah tiga tahun lagi. Saat ini, pemerintah telah mengurangi tiga dari tujuh lokasi pembuangan sampah ilegal di sepanjang sungai tersebut.
Kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta Peni Susanti, Sabtu (21/11), mengatakan, pihaknya mengampanyekan pembuangan sampah di tempatnya untuk mewujudkan Ciliwung bebas dari sampah. ”Ada tiga kelurahan yang dijadikan contoh untuk memasyarakatkan pembersihan sampah di sepanjang Ciliwung, yakni Kelurahan Lenteng Agung, Srengseng Sawah, dan Tanjung Barat. Mudah-mudahan, tiga tahun lagi Ciliwung bebas dari sampah,” paparnya.
Tiga lokasi pembuangan sampah ilegal sudah ditangani dengan manajemen pengelolaan melalui pembuatan Tempat Transit Sampah Sementara (TTSS) di Jalan Lenteng Agung, depan Jalan Harapan. TTSS dapat dipakai menampung sementara sampah yang berasal dari daerah sekitar Kecamatan Jagakarsa. Peni yakin tiga lokasi sampah bisa ditanggulangi dengan TTSS.
Pembersihan sungai juga melibatkan masyarakat. Pada kesempatan itu, Peni melantik 26 anggota Gibass Jawara Ciliwung. Gibass (Generasi Betawi Asli dan Serumpun) beranggotakan warga yang tinggal di sekitar Ciliwung. Ibu-ibu PKK juga dilibatkan dalam penanganan sampah sungai.
Pemerintah pun berupaya mengolah sampah yang dihasilkan warga sekitar Ciliwung. Sampah dipilah-pilah. Sampah organik diolah menjadi pupuk, sedangkan sampah anorganik dijadikan kerajinan seperti tas dari plastik.
Hal ini merupakan upaya positif yang dilakukan pemerintah dalam upaya menanggulangi banjir tahunan yng melanda ibukota setiap tahunnya.
Sumber refrensi :
> Koran KOMPAS edisi: Minggu, 22 November 2009
0 komentar:
Post a Comment