Monday 23 November 2009

Diposkan oleh sandy

       Sebagian besar bahan sisa limbah dapat didaur ulang untuk dimanfaatkan kembali. Salah satu contoh dari bahan limbah tersebut adalah sisa purifikasi air kotor yang terdiri atas bahan organik seperti tanaman dan hewan, dan bahan anorganik yang meliputi pasir dan kapur. 

        Purifikasi air kotor adalah pengolahan kembali limbah industri dan rumah tangga. Hasil dari proses purifikasi itu selain menghasilkan air bersih, juga menyisakan lumpur limbah yang sering dibuang atau digunakan untuk dunia pertanian. Setelah dilakukan penelitian, ditemukan bahwa lumpur ini mengandung zat yang berbahaya bagi lingkungan dan berpotensi untuk mencemari udara di sekitarnya.

      Dalam prosesnya, air disaring terlebih dahulu dari lumpur untuk selanjutnya diproses. Sebagian dari lumpur kemudian diproses menjadi kompos atau dikeringkan. Diperkirakan setengah dari lumpur tersebut kemudian dibakar hingga tersisa 20 persen dalam bentuk abu dan ampas yang harus diproses secara terpisah. Tujuan utama dari proses ini adalah untuk mengurangi jumlah limbah, tanpa adanya pemanfaatan yang berarti.

       Sisa lumpur tersebut berpotensi untuk menghasilkan energi panas yang cukup besar apabila dibakar dalam oven clinker semen. Panas ini digunakan untuk membakar clinker semen Portland yang akan menyatu dengan sisa limbah hingga tidak tersisa.

        Proses pengolahan lumpur ini meliputi 40 persen dari total biaya pengolahan limbah. Dengan adanya perkiraan bahwa jumlah limbah akan meningkat 25 hingga 30 persen dalam beberapa dekade kedepan, diperlukan adanya suatu pemecahan jangka panjang untuk menangani permasalahan ini.

          Penggunaan limbah lumpur dalam campuran semen memiliki beberapa keuntungan, baik dari segi lingkungan maupun ekonomis, yakni; dapat menghemat bahan bakar fosil sekaligus mengurangi emisi CO2, kandungan besi yang sebagian besar diserap oleh clinker semen, tidak perlu adanya biaya transport tambahan, dan tidak menghasilkan sisa limbah selain mercury dalam jumlah kecil yang masih ditoleransi dalam standar Eropa. Dari segi ekonomis, proses ini dapat menghemat biaya karena penggunaan lumpur jauh lebih murah dibanding biaya lainnya, dan menghemat biaya bahan bakar.

         Dengan segala kelebihannya, penggunaan limbah lumpur memiliki beberapa kelemahan, antara lain sifat dari lumpur itu sendiri setelah mengering dapat mempengaruhi proses pembakaran dalam oven, serta memiliki sifat yang berbeda dengan bahan lainnya dalam produksi semen. Banyaknya konsentrasi pasir di lumpur telah terbukti mempercepat tingkat keausan mesin pengolah.

        Untuk setiap 1 juta ton semen clinker per tahun, sebuah oven mengkonsumsi 3.5 PJ/petaJoules energi per tahun (1PJ = 1015 Joules).

         Sebagian besar riset yang dilakukan sebelum penerapan Biomill untuk mengetahui sifat penggerusan dan pembakaran dari lumpur. Hasil dari riset menyimpulkan bahwa lumpur yang telah diproses bersifat sangat abrasif sehingga mempercepat proses keausan mesin penggerus, kurangnya tingkat kompresi dari bahan lumpur, dan berpotensial untuk meledak apabila tidak disimpan secara tepat dalam jangka waktu yang lama.

         Aspek keausan, tingkat penggerusan, dan keselamatan memiliki peran yang sangat besar dalam pemilihan sistem penggerusan. Penggunaan Vertical Roller Mill merupakan pilihan terbaik namun membutuhkan biaya yang sangat besar. Vertical Roller Mill menggerus bahan yang dimasukkan dari sisi atas dengan menggunakan bola atau papan penggerus. Bahan tersebut kemudian dipisahkan antara bahan yang masih kasar dengan yang telah halus, dimana bahan kasar akan dikembalikan kembali untuk diulang proses penggerusan sementara bahan yang sudah halus dialihkan ke tempat penyimpanan sebelum dibakar dalam oven clinker.

      Bola penggerus menggunakan bahan yang tahan terhadap keausan. Penggunaan bola penggerus disarankan dibanding dengan papan penggerus mengingat kemampuannya yang tetap sama walau diameternya semakin mengecil. Penggunaan High Cr Abrasive Parts mampu menjamin waktu pakai sampai 7000 jam. Alat ini mengkonsumsi listrik yang relatif rendah, yakni 40kWh/ton.

      Dengan menerapkan teknologi ini, diharapkan dapat mengurangi dampak limbah pada lingkungan, sekaligus memanfaatkannya untuk pemenuhan kebutuhan energi.

Sumber : Departemen energi dan sumber daya mineral


0 komentar:

Post a Comment