Monday 23 November 2009

Diposkan oleh sandy

         Aktivitas manusia merupakan penyebab utama dari terjadinya polusi laut dunia. Lebih dari 80 persen polusi laut yang terjadi pada lautan berasal dari aktivitas yang terjadi di darat. Mulai dari hancurnya terumbu karang, penumpukan sampah, timbunan zat kimia berbahaya, sampai peningkatan suhu permukaan laut sehingga mengakibatkan tidak seimbangnya ekosistem yang ada di laut.

      Global warming (pemanasan global) merupakan salah satu penyebab perubahan dari struktur kimia yang ada di lautan dan proses perubahan ekosistem laut lainnya, dan hal tersebut merupakan ancaman terhadap jutaan spesies biota laut yang tidak dapat bertahan dengan temperatur yang tinggi. Penangkapan ikan yang berlebihan merupakan masalah yang cukup serius di berbagai negara. Banyak para pecinta alam dan para pecinta laut memberikan nasihat dan masukan-masukan untuk menciptakan suasana laut yang dapat melinduingi berbagai mahluk yang ada di laut, tetapi usaha tersebut kelihatannya masih sangat tidak maksimal.


        Seperti kejadian yang terjadi kemarin, sekitar 15 kilometer (km) garis pantai di kawasan Desa Babah Lueng hingga Kuala Seuneuam, Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya, hingga kemarin dipenuhi ikan yang sudah membusuk. Bangkai ikan-ikan kecil yang menebarkan bau tak sedap itu dibuang oleh awak boat yang menangkap ikan menggunakan trawl (pukat harimau Ribuan, bahkan mungkin jutaan ekor ikan kecil dari berbagai jenis itu dibuang begitu saja oleh nelayan yang beroperasi menggunakan trawl, pukat yang sudah lama dilarang oleh negara. Tak hanya itu, sedikitnya delapan boat nelayan yang diduga berasal dari Aceh Selatan maupun Sibolga, Sumatera Utara (Sumut),   hingga kemarin masih menangkap ikan di kawasan Pantai Babah Lueng. 

       “Begitu dapat ikan kecil, mereka buang ke laut, sehingga garis pantai dipenuhi bangkai ikan yang menebarkan bau busuk,” ungkap Panglima Laot Desa Babah Lueng, Kecamatan Darul Makmur, Nagan Raya, Adnan S, kepada Serambi Indonesia.

        Menurut Adnan, masyarakat dan nelayan di kawasan itu tak tahan lagi melihat banyaknya ikan busuk yang mencemari lingkungan mereka. Bahkan, akibat bau busuk yang tak tertahankan, warga desa di sana terpaksa mengubur sebagian bangkai ikan tersebut. Sedangkan ikan mati yang dinilai masih layak dikonsumsi, disortir warga untuk dikonsumsi.

       Untuk mengantisipasi maraknya pembuangan ikan oleh nelayan asal Aceh Selatan maupun Sibolga di wilayah itu, Adnan mengaku telah menyurati Sekjen Panglima Laot Aceh, M Adli Abdullah, di Banda Aceh agar menegur para nelayan asal kabupaten tetangganya tersebut. Jika perlu malah dengan melayangkan surat protes ke perkumpulan nelayan di Sibolga, Sumut.
Sebab menurutnya, penangkapan ikan oleh nelayan pendatang tersebut berlangsung selama berhari-hari dan banyak ikan kecil yang saban hari dibuang. Ujung-ujungnya, ikan buangan ini hanyut ke bibir pantai dan menebarkan bau busuk. Ia mengancam, apabila nelayan tersebut masih saja membuang ikan di sepanjang Pantai Nagan Raya, maka Panglima Laot Nagan Raya akan menangkap boat-boat tersebut dan diserahkan ke aparat penegak hukum untuk diproses. Apalagi, beberapa waktu lalu pihak Pol Airud telah menangkap tiga kapal yang menggunakan pukat hantu, milik nelayan asal Sibolga. Kini ketiga boat tersebut telah ditarik ke Pantai Susoh, Kabupaten Aceh Barat Daya. Menurut Adnan, penangkapan ikan yang dilakukan nelayan berpukat trawl itu hanya berjarak sekitar 800 meter hingga 1 kilometer dari bibir Pantai Desa Babah Lueng, Kecamatan Darul Makmur. “Aktivitas mereka yang menjengkelkan kami bisa dipantau dari bibir pantai,” ujar Adnan.

        Ia mengingatkan bahwa penangkapan dan penindakan tersebut merupakan wewenang aparat penegak hukum, sedangkan pihak DKP Nagan Raya hanya berwenang melakukan pembinaan dan sosialisasi, termasuk menyalurkan bantuan pukat yang ramah lingkungan kepada nelayan, supaya mereka tidak lagi menangkap ikan pakai trawl karena dapat merusak biota laut. “Pukat ramah lingkungan ini akan kita salurkan usai Hari Raya Idul Adha,” janji Kadis Bustami.

        Sementara itu, Kapolres Nagan Raya AKBP Drs Ari Soebijanto, yang dikonfirmasi Serambi, kemarin, menyatakan belum mendapat laporan mengenai nelayan yang menggunakan trawl di kawasan Desa Babah Lueng, Kecamatan Darul Makmur. Ia berjanji segera menurunkan tim ke wilayah itu guna menangkap nelayan yang masih menggunakan pukat trawl yang sudah jelas-jelas dilarang negara. Kapolres juga mengimbau masyarakat, termasuk nelayan dan panglima laot di Nagan Raya, untuk proaktif melaporkan ke polisi terdekat jika menemukan aksi penangkapan ikan menggunakan trawl di laut lepas. “Karena melanggar, kita akan tindak mereka,” tegas Kapolres. (edi)

      Melihat kejadian ini kita harus lebih perhatian terhadap biota laut, kita harus dapat memanfaatkan sumber daya alam itu sebaik-baiknya dan lebih memahami bagaimana kita harus menjaganya.

Ancaman pada ekosistem laut
• Global warming adalah penyebab naiknya permukaan laut, merupakan ancaman serius pada populasi biota laut.
• Pestisida dan obat-obatan yang digunakan dalam pertanian yang pada akhirnya bermuara pada air laut, menimbulkan masalah serius diantaranya mengakibatkan kurangnya oksigen dalam air yang dapat membunuh habitat biota laut dan ikan-ikan.
• Perusahaan dan pabrik industri mengalirkan limbah dan materi-materi kimia lainnya ke dalam laut, hal ini turut berperan besar terhadap pencemaran laut.
• Tumpahan minyak pada musibah kapal tanker sangat mencemari lautan, disinyalir kejadian ini menimbulkan pencemaran laut yang dahsyat terhadap eksostem laut.
• Polusi udara bertanggung jawab pada satu sepertiga kontaminasi racun dan bahan-bahan yang dapat masuk ke dalam wilayah perairan pantai dan laut.
• Biota laut yang telah tercemar seperti ganggang yang telah beracun, cholera, tanaman laut dan telah memasuki wilayah laut dan dapat menimbulkan ketidakseimbangan ekologi laut.

Solusi
 Dirikan taman laut untuk melindungi keberadaan biota laut.
 Kurangi cara-cara menangkap ikan yang merusak seperti trawling.
 cegah penggunaan sonar pada kapal militer yang dapat membahayakan atau dapat membunuh biota dan mamalia laut.
 Bantu nelayan untuk mengelola kehidupannya dengan cara-cara yang ramah lingkungan.
 Tingkatkan penghijauan pada daerah pantai dengan menanam tanaman seperti mangrove, bakau guna menstabilkan habitat laut dan meningkatkan poplasi ikan di laut.
Sumber referensi :
> Koran KOMPAS edisi, Sabtu, 21 November 2009



0 komentar:

Post a Comment