Monday, 23 November 2009

Diposkan oleh sandy

        Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah perairan yang sangat luas dan hanya 1/5 saja merupakan daratan. Dengan kondisi yang lebih banyak perairannya tinggi maka akan muncul potensi yang besar dalam bidang perikanan. Potensi yang besar itu belum dapat dioptimalkan dengan maksimal sehingga belum menjadi komoditas yang dapat diandalkan oleh pemerintah dan masyarakat sebagai sumber ekonomi yang menjanjikan.
      Sektor perikanan belum menjadi ekomis penting bagi sumber ekonomi Indonesia lebih dikarenakan penanganan potensi yang kurang tepat baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Penanganan ikan yang kurang tepat akan menjadikan ikan menjadi barang sampah yang sudah tidak dapat digunakan lagi. Ini terjadi karena ikan merupakan salah satu jenis produk perikanan yang mudah mengalami kerusakan (most perishable food). Dari data yang dapat dikumpulkan, setiap musim masih terdapat antara 25 – 30% hasil tangkapan Ikan Laut yang akhirnya harus menjadi ikan sisa atau ikan buangan yang disebabkan karena berbagai hal antara lain Keterbatasan pengetahuan dan sarana para nelayan di dalam cara pengolahan ikan. Misalnya, hasil tangkapan tersebut masih terbatas sebagai produk untuk dipasarkan langsung (ikan segar), atau diolah menjadi ikan asin, pindang, terasi serta hasil-hasil olahannya. Selan itu juga tertangkapnya jenis-jenis ikan lain yang kurang berharga ataupun sama sekali belum mempunyai nilai di pasaran, yang akibatnya ikan tersebut harus dibuang kembali.

       Untuk memaksimalkan potensi perikanan dan banyaknya ikan yang terbuang sia-sia tanpa ada nilai ekonimisnya maka perlu dilakukan suatu terobosan baru dalam memanfaatkan setiap bagaian dalam bidang perikanan salah satunya adalah dengan memanfaatkan limbah ikan atau mungkin ikan-ikan yang tidak ekomomis penting dan ikan yang terbuang sia-sia. Pemanfaatan ini, salah satunya adalah menjadikan pupuk organik.

       Untuk itulah, ikan sisa atau ikan-ikan yang terbuang itu ternyata masih dapat dimanfaatkan, yaitu sebagai bahan baku pupuk organik lengkap, yakni pupuk dimana kandungan unsur-unsur makronya terbatas (tidak mencukupi untuk kebutuhan tanaman) dan harus dilengkapi dengan penambahan unsur lainnya sehingga kandungan N (nitrogen)-P (fosfor)-K (kalium)-nya sesuai yang dibutuhkan. Sebagai mana kita ketahui, untuk dapat tumbuh dan berkembang, tanaman perlu nutrisi secara lengkap dan bentuk unsur hara makro yang terdiri dari makro primer seperti N-P-K, serta makro sekunder seperti Ca (kalsium), Mg (magnesium), dan S (belerang). Sedangkan unsur hara mikro terdiri dari Fe (besi), Zn (seng), Cu (tembaga), Mn (mangan), Cl (khlor), Bo (borium), Mo (molubdenum)dsb.

       Kelompok unsur tersebut sangat membutuhkan dalam jumlah dan susunan yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara baik serta hasil sesuai yang diharapkan. Namun, tanah ternyata tidak dapat menyediakan jumlah unsur-unsur tersebut sesuai kebutuhan. Karenanya, agar tanaman tumbuh dan berkembang secara subur, petani harus menambahkan sumber tersebut dalam bentuk pupuk.

    Pupuk organik lengkap yang dibuat dari bahan ikan ini bukan barang baru di bidang pertanian, khususnya pertanian buahan-buahan. Ini karena nilai organiknya, baik organik-N, organik-P, dan organik-K yang terkandung didalam tubuh ikan mempunyai kelebihan kalau dibandingkan dengan bahan-bahan lainnya. Juga bahwa di dalam ikan masih terkandung unsur-unsur lainnya, khususnya unsur mikro.

     Bahan baku ikan untuk memproduksi pupuk organik sangat mempengaruhi kandungan lemaknya. Dengan kandungan lemak yang tinggi, kemungkinan besar bahwa prosesnya berbeda dengan kandungan lemaknya. Dengan kandungan lemak yang tinggi, kemungkinan besar bahwa prosesnya akan lambat atau tidak sempurna. Berbeda dengan kandungan lemak yang sedikit, maka hasil pupuknya akan termasuk yang terbaik.

      Kandungan lemak berpengaruh didalam proses pembuatan pupuk organik, karena prosesnya berjalan dalam dua tahap, yaitu proses fisik melalui penggilingan bahan-bahan yang dipergunakan, dan proses biologis yaitu lanjutan proses yang dikenal dengan fermentasi non-alkoholik atau proses ensiling.

     Pupuk organik lengkap yang terbuat dari bahan baku ikan memiliki kualitas sebagai pupuk yang lebih dibandingkan dengan pupuk organik lain, apalagi kalau dibandingkan dengan pupuk kompos, pupuk kandang, ataupun pupuk hijau. di Indonesia saat ini telah banyak beredar pupuk organik yang terbuat dari ikan dengan aneka merk, baik produksi dalam negeri maupun impor. Sayangnya, yang masih memenuhi persyaratan masih terbatas. FAO telah menetapkan kriteria dasar untuk pupuk jenis ini, yakni: kandungan unsur makro harus mempunyai nilai minimal N (12%), P (8%), dan K (6%) disamping kandungan unsur mikro seperti Ca, Fe, Mg, Cu, Zn, Mn, dan sebagainya.

      Masih banyak hal yang perlu dikaji lagi mengenai pemanfaatan limbah perikanan untuk produksi pupuk organik. Ini karena masih banyak hal yang menjadikan kendala dalam pembuatan pupuk organik. Kandungan protein dan lemak yang tinggi akan menghambat pertumbuhan dari tanaman pangan tersebut. Perlu adanya terobosan baru untuk mengurangi kandungan lemak dan protein tersebut sebelum diterapkan menjadi pupuk organik atau terdapat tanaman pangan yang cocok dengan pupuk organik dari limbah ikan ini. Tapi melihat peluang ini, pengembangan mengenai pupuk organik ini membuka jalan untuk mengurangi penggunaan pupuk buatan sehingga ke depan akan lebih bisa menjaga kesuburan tanah dengan mineral-mineral tanah yang dapat memenuhi kebutuhan tanaman pangan. Apalagi di dukung dengan kebijakan pemerintah yang akan menjadikan Pertanian sebagai salah satu tonggak penopan ekonomi negara.


0 komentar:

Post a Comment